Visit Galnas, Galeri Nasional Indonesia

Setelah sekian tahun tinggal di Ibu Kota Jakarta bagian timur, 24 Juli 2022 adalah kali pertama kami mengunjungi Galeri Nasional Indonesia yang beralamat di Jalan Medan Merdeka Timur No. 14 Jakarta Pusat. Lokasinya cukup mudah dicari apalagi dengan berbekal google map. Relatif cukup dekat dari Stasiun Gambir dan Monumen Nasional (Monas).

Galeri Nasional Indonesia sering disebut secara ringkas sebagai Galnas, atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai National Gallery of Indonesia.

Galnas sendiri adalah sebuah lembaga budaya negara yang berupa museum seni rupa modern dan kontemporer. Ketika memasuki area galnas kita mendapati beberapa gedung yang berfungsi antara lain sebagai tempat pameran dan perhelatan seni rupa Indonesia dan mancanegara. Gedung ini merupakan institusi milik pemerintah di bawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Selain gedung pameran, Galnas terdapat Musala yang cukup luas dan bersih, pengunjung dapat menghabiskan waktu cukup lama di Galnas tanpa khawatir jauh mencari tempat beribadah. Area parkir kendaraan pun cukup luas baik kendaraan roda empat dan roda dua yang dilengkapi dengan pengawasan kamera cctv. Pengalaman yang tak terlupakan dari kunjungan kali pertama kami ini adalah ketika tas tertinggal di kendaraan, tim security melakukan pengamanan sehingga tak satupun ada barang yang hilang. Kami sangat senang dan sangat berterima kasih kepada Bapak-Bapak Security yang sangat baik hatinya yang bertugas di Galnas saat itu.

Dilansir dari wikipedia, Fungsi Galeri Nasional Indonesia adalah melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengamanan, pameran, kemitraan, layanan edukasi dan publikasi karya seni rupa. Fungsi utamanya adalah melindungi, pengembangan, dan pemanfaatan asset kesenian (seni rupa) sebagai fasilitas pendidikan dan kebudayaan.

Saat kami berkunjug, Galnas tengah mengadakan Pameran Ragam Flora Indonesia #3 bertajuk “Botanical Art: Evoking the Beauty of Science” yang berlansung pada 8 Juli – 8 Agustus 2022 dari pukul 10.00-19.00 WIB di Gedung D yang diselenggarakan oleh Indonesian Society of Botanical Artist @idsba yang berdiri sejak November 2017.

Mendengar istilah “Seni Botani” memang masih asing bagi kebanyakan orang di Indonesia. Wajar, karena usia seni botani di indonesia memang masih “muda” bila dibanding seni botani di negara-negara Eropa. Seniman dan ilustrator botani di Indonesia pun belum banyak jumlahnya.

Ada sebanyak 58 karya senirupa yang disajikan oleh 37 seniman botani. Pameran ini menunjukkan satu hal, bahwa seni bisa dihasilkan dari akurasi yang digambarkan secara detil oleh para seniman botani. Setiap detail itu harus akurat secara ilmiah botani, dan memiliki nilai estetika yang mampu menggetarkan hati orang melukis maupun yang melihatnya.

Selain karya lukisan, terdapat beberapa caption indah yang menjadi wall lettering di dinding pameran diantaranya:

“Lukisan botani menyajikan sebuah drama tentang tumbuhan di bumi ini – yang perlu kita kenal, akrabi, pedulikan keberlanjutan hidupnya. Keberlanjutan bumi ini adalah tanggungjawab kita semua”

– Jenny A. Kartawinata

 

“Bagi seniman botani keakrabannya dengan tumbuhan terekam seperti sebuah pengalaman pribadi tentang sebuah kunjungan dua orang sahabat yang bersantai melewatkan waktu nyaman bersama dalam lingkungan alami”

– Jenny A. Kartawinata

 

“I paint flowers so they will not die”
– Frida Kahlo

 

photo by @elviranandias

Galnas juga tengah menyelenggarakan Pameran Tunggal Joko Kisworo, salah satu seniman besar Tanah Air yang selama ini dikenal dengan gaya sketsa, khususnya dalam pendekatan terhadap abstraksi. Pameran ini bertajuk “Begja: Bahagia Melalui Katarsis” yang berlangsung pada 23 Juli – 19 Agustus 2022 dari pukul 10.00-19.00 WIB di Gedung B.

Berikut cuplikan acara pembukaan pamerannya:

 

Dalam Pameran ini Joko kisworo menyajikan Ribuan lukisan abstrak berbentuk persegi dan berukuran kecil tersusun sangat rapi, nyaris menutupi dinding bangunan. Kurang lebih ada 15.000 unit karya dengan media kertas berukuran 8 x 11 cm dan lukisan abstrak berukuran sangat besar memenuhi dinding ruang pameran.

photo by ann.serufo.com

 

photo by @elviranandias

Karya-karya dalam pameran ini merupakan buah perenungan, pemikiran, pengalaman, dan perasaan Joko dan napak tilas dari proses kehidupannya. Karya-karyanya menggambarkan ‘hiruk-pikuk’ Joko dalam berkesenian yang merupakan suatu proses menuju arti hidup bahagia menuju pada jati dirinya dengan mendalami dan menekuni ajaran Ki Ageng Suryo Mentaram, seorang filsuf jawa yang bersal dari seorang bangsawan yang keluar dari tembok istana dan menjalani hidup seperti rakyat pada umumnya dengan bekerja sebagai pedagang ikat pinggang, penggali sumur, dan petani di daerah Bringin, Salatiga mengenai “Begja” hidup bahagia. Dia memulai dari apa yang ada dan sehari hari ada di sekitarnya, dengan cara sederhana dan mudah dilakukan. Ia belajar dan terus berproses dengan penuh kesadaran dan rasa syukur mendalam.

photo by @elviranandias

Selain Karya Katarsis, disuguhkan juga seri 70 buah karya yang dikerjakan menggunakan material akrilik dan tinta cina pada kertas berukuran 13,5 x 36,5 cm yang menjadi bagian dari 2.400-an karya yang bisa diselamatkan dari musibah banjir Jakarta tahun 2015. Karya itu berjudul “Yang Tersisa”.

Karya-karya yang tersisa ini adalah sebuah investasi sejarah intelektual yang abadi dan sekaligus doa-doa yang tersisa untuk Jakarta agar fenomena banjir tidak terjadi lagi.

 

Selain pameran-pameran tersebut, pengunjung dapat juga meikmati karya seni Koleksi Galeri Nasional Indonesia pada Pameran Tetap yang dibuka dari pukul 10.00-16.00 WIB di Gedung B. Registrasi dapat dilakukan secara online atau dapat juga datang secara langsung dan mengisi formulir kunjungan di lokasi registrasi pengunjung.

 

Wisata kuliner pempek palembang

Pempek atau Empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari ikan dan sagu. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa pempek pusatnya adalah Palembang karena hampir di semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya.
220px-Pempek_Kuah_Cuko

Pempek Kapal Selam dan Kriting disirami Kuah Cuko.

Menurut sejarahnya, pempek palembang telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan “apek”, yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina.
Berdasar cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi. Hasil tangkapan itu belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Si apek kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan “pek apek”, maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.

Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Walaupun begitu sangat mungkin pempek palembang merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.

Pada awalnya pempek palembang dibuat dari ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.
Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti Tenggiri, Kakap Merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah.
Dari satu adonan pempek, ada banyak makanan yang bisa dihasilkan, bergantung baik pada komposisi maupun proses pengolahan akhir dan pola penyajian. Di antaranya adalah Laksan, Tekwan, Model, dan Celimpungan. Laksan dan celimpungan disajikan dalam kuah yang mengandung santan; sedangkan model dan tekwan disajikan dalam kuah yang mengandung kuping gajah, kepala udang, bengkuang,serta ditaburi irisan daun bawang, seledri, dan bawang goreng dan bumbu lainnya. Varian baru juga sudah mulai dibuat orang, misalnya saja kreasi Pempek keju,pempek baso sapi, pempek sosis serta pempek lenggang keju yang dipanggang di wajan anti lengket, serta sekarang warga Palembang pun membuat pempek dengan bahan dasar terigu dan nasi sebagai pengganti ikan.

Lenggang dan Pempek candy, Terimakasih banyak Pak Maryoto UT School Palembang atas traktirannya ^^

Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota Palembang. Pempek dijual dimana-mana di Palembang, ada yang menjual di restoran, ada yang dipinggir jalan, dan juga ada yang dipikul. Disemua kantin sekolah/tempat kerja/kampus pasti ada yang menjual pempek.

Pempek Pinggir Jalan. Dari segi penyajian memang berbeda jauh dibandingkan pempek yang disajikan di resto (Candy, Nony, dll) karena dari segi harga juga sangatlah murah, namun dari segi rasa patut dicoba ^^

 

Jembatan Ampera, Banyak betebaran penjual pempek dengan harga murah meriah di sekitar bawah jembatan. Harga persatu buah pempek itu (awal 2013) masih Rp. 1000,- saja.
 

di hari minggu jembatan ampera sangat ramai oleh wisatawan.

referensi sejarah pempek: http://id.wikipedia.org/wiki/Pempek

Batavia : Musium Bahari

Kesempatan kali ini saya mengunjungi Museum Bahari yang berlokasi di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, Jakarta Barat. Jam kunjung museum adalah 09.00 – 15.00 WIB, dari Selasa hingga Minggu. Pada hari libur sekolah, museum tetap dibuka.

 

kiri: VOC galangan , tengah : museum bahari , kanan : sungai

Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang PelabuhanSunda Kelapa. Museum adalah salah satu dari delapan museum yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pada masa pendudukan Belanda bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 16521771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada 7 Juli 1977diresmikan sebagai Museum Bahari.

Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.

Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara.

 

Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia – Amsterdam.

Di bagian lain, terdapat juga sepetak kolam kecil yang berisi ikan “cethul”. terapi gigitan ikan ini dipercaya dapat memberikan sensasi dan manfaat untuk kesehatan.

Saya menyayangkan perawatan musium ini sepertinya kurang serius, terdapat beberapa tempat yang terlihat kurang bersih dan perlu diperbaiki agar terpelihara sampai generasi mendatang.

     

 referensi tulisan : wikipedia.co.id

foto : anjarn

Kerajinan batu dan permata dari martapura

Sudah lama sekali saya tidak menulis di blog acakadul ini. Selama itu pula sdh bnyk tempat baru saya kunjungi sampai bingung saya mau cerita dari mana. Baiklah saya awali saja mengenai kerajinan batu dan permata di Martapura, Sebuah kota kecil di negeri borneo.

Ya.. Pada zaman dahulu, Borneo — yang berasal dari nama kesultanan Brunei — adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda untuk menyebut pulau ini secara keseluruhan, sedangkan Kalimantan adalah nama yang digunakan oleh penduduk kawasan timur pulau ini yang sekarang termasuk wilayah Indonesia. So.. Dalam arti luas “Kalimantan” meliputi seluruh pulau yang juga disebut dengan Borneo, sedangkan dalam arti sempit Kalimantan hanya mengacu pada wilayah Indonesia. (wikipedia)

Untuk menuju ke martapura via udara perjalanan saya diawali dari soekarno hatta jakarta menuju bandara samsudin noor banjar masin. Waktu itu ditempuh tidak sampai 2 jam perjalanan.

Kerajinan batu dan permata di martapura sudah ada sejak zaman belanda. menjadikan kota Martapura kemudian dikenal sebagai Kota Intan. Ibukota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ini adalah penghasil batu mulia intan/berlian serta batu aji. Wisatawan yang ingin mendapatkannya dapat datang langsung ke pasar Cahaya Bumi Selamat yang merupakan pusat perdagangan cenderamata khas martapura ini. Pasar Cahaya Bumi Selamat ini cukup luas. Di dalamnya wisatawan akan menjumpai toko-toko yang memajang kilau keindahan batu permata. Batu-batu tersebut ada yang sudah dipadupadankan dalam bentuk perhiasan, tetapi ada juga yang berupa batu murni. Selain itu, ada pula aneka aksesoris yang diciptakan dengan bahan dasar batu. Selain perhiasan dan aksesoris, Pasar Cahaya Bumi Selamat ini juga menyediakan kerajinan tangan khas daerah hingga ramuan obat dari Kalimantan.

 Batu intan dan permata di Pasar Cahaya Bumi Selamat ini masih ditambang dengan cara tradisonal. Mula-mula warga menggali lubang pendulangan. Dalam tidaknya sebuah lubang pendulangan ditentukan oleh jauh dekatnya batu dulangan (batu yang diduga mengandung intan) yang terpendam didalam tanah. Setelah digali, batu dulangan kemudian dinaikkan ke atas, kemudian ditumpuk tidak jauh dari lubang pendulangan. Selanjutnya, batu dulangan diangkat lagi ke tepi sungai untuk dicuci. Batu dulangan dicuci dengan bantuan alat yang disebut dulangan atau linggangan yang terbuat dari pohon kayu besar yang dibentuk seperti kerucut.

Sedikit demi sedikit batu dulangan tersebut dicuci dan disortir, setelah yakin di dalam batu dulangan tersebut tidak ada intan, batu dulangan tersebut dikeluarkan dari dalam dulangan. Begitulah seterusnya, sampai tumpukan batu dulangan habis dicuci dan seseorang pendulang intan berhasil menemukan sebutir intan.

Bila seorang berhasil menemukan sebutir intan, maka yang bersangkutan harus mengumandangkan Salawat Nabi dan mengulum intan temuannya itu ke dalam mulutnya. Begitu mendengar kumandang Salawat Nabi, biasanya para pendulang intan di sekitarnya akan berdatangan untuk melihat dari dekat intan yang baru saja ditemukan. Selama menjalani profesinya sebagai pendulang intan, mereka dilarang melakukan perbuatan tertentu yang dianggap tabu, misalnya mengibaskan pakaian, kencing di lubang pendulangan, kentut di lubang pendulangan, bersiul-siul, bernyanyi, dan tertawa terbahak-bahak.

Walaupun tambang intan di Kalimantan Selatan menyimpan banyak kandungan intan yang besar, akan tetapi tidak setiap saat bisa ditemukan. Yang bisa diperoleh setiap harinya hanyalah intan-intan kecil yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Terkadang dalam beberapa hari, para pendulang tidak menemukan intan sama sekali, karena untuk menemukan intan yang diidam-idamkan sifatnya adalah untung-untungan. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan langkah mereka untuk bekerja mencari rezeki.

Batu-batu yang ditemukan tersebut kemudian dibentuk menjadi berbagai macam kerajinan. Beragamnya hasil kerajinan dari batu ini menjadikan harga cenderamata dan perhiasan di Pasar Cahaya Bumi Selamat sangat variatif. Di sini pengunjung dapat menjumpai permata dengan harga murah sampai permata dengan harga selangit.

Pasar Intan dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat boleh jadi adalah pasar intan yang paling unik di dunia. Meskipun bernama Pasar Intan, namun situasi dan kondisinya tidaklah semewah nama yang disandangnya. Suasana yang tercipta di pasar ini sangat egaliter. Di sini tidak ada toko-toko dengan etalase super mewah seperti lazimnya pasar intan lainnya. Merupakan hal yang wajar dan lumrah jika wisatawan akan menjumpai beberapa toko di pasar tersebut lebih sering tutup daripada buka. Hal ini dikarenakan pemilik toko tersebut lebih gemar menjual intannya secara asongan.

referensi :
http://wikipedia.com
http://iniunic.blogspot.com

Bebek – Galery Salihara – Pergelaran Wayang Di Museum Fatahillah

Hiburan malam di ibukota sangat beragam. Semalam, 14-2-2012 bez beserta 7 orang gundul lainnya mencoba menjelajahi kota padat penduduk ini. Sekitar pukul 19.30 kami berangkat untuk mencicipi kuliner bebek goreng di rawamangun. Kami harus mengantri dan berebut meja kursi karena banyaknya pembeli. Bila anda tidak suka pedas, sebaiknya jangan coba2 karena bebek yang disajikan disini merupakan makanan yang sangat jahat. Bisa dibilang setara dengan oseng-oseng mercon yang pernah saya cicipi di yogyakarta, bedanya rasa pedas bebek goreng ini lebih dikarenakan banyaknya merica dalam bumbu rempahnya (disebut sambal dadak). 
Kalau dirasakan, daging bebek itu lebih gurih dibandingkan daging ayam. Hati-hati… daging bebek termasuk makanan berkolesterol tinggi. Daging bebek diolah sedemikian rupa sehingga bau amis dan rasa garing renyahnya demikian terasa saat digigit….kresss. Puncaknya adalah si sambal dadakan itu….hhooaaasshhh….. Salah seorang diantara kami (si capoera) pun terpaksa harus mandi keringat dan berlinang air mata.

Perjalanan dilanjutkan, kami kemudian mengunjungi acara pameran seni rupa “Domestic Stuff” di galery Salihara. Pameran yang dikuratori oleh Mella Jaarsma seorang perupa dan kurator kelahiran Belanda yang menetap di Yogyakarta ini menyuguhkan karya2 dari 7 orang seniman yaitu Lydiawati Lim, Melati Suryodarmo, Maria Indriasari, Ariani Darmawan, Sekarputri, Restu Ratnaningtyas, Mie Cornoedus. Pameran yang terbuka untuk umum ini berlangsung dari 14 April—06 Mei 2012. Bagi masyarakat yang ingin ke sana bisa datang Senin-Sabtu: 11:00—20:00 WIB dan Minggu: 11:00—15:00 WIB.


Karya-karya terkonsep matang, bercerita mengenai wilayah domestik dengan segala dimensi dan isu yang melingkupinya, yakni pengalaman domestik tiap seniman ketika berkenaan dengan isu yang lebih luas seperti lingkungan hidup, identitas, sejarah, dan sebagainya; serta konstelasi dari beragam hal yang privat ketika bersanding dengan perkembangan publik.

 

Puas menikmati karya serta berbincang2 dengan pengurus galeri dan beberapa kawan dari KMPF UNJ yang kami temui di galeri salihara, kami kemudian meluncur ke kotatua, menyaksikan semarak HUT ke-42 Pos Kota yakni pertunjukan wayang yang menampilkan tiga dalang kondang di halaman Museum Fatahillah, Kota, Jakarta Barat. masing-masing Ki Widodo Wilis dengan lakon “durno gugur”,  Ki Anom Dwijo Kangko “kumbokarno gugur” dan Ki Suryanto Purbo “karno gugur”.

Penonton tumpah ruah karena selain tontonan wayang gratis, ada doorprize sebuah mobil mercy second, 2 unit sepeda motor, 10 unit sepeda dan puluhan hadiah lainnya bagi penonton yang beruntung, dan sayangnya itu bukan kami :D.

Bagi yang gemar wayang, ini ada informasi jadwal pakeliran berikutnya, semoga bermanfaat:

Jadwal pakeliran s/d desember 2012:

16 April 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Tabang, Karangkendal, Musuk, Boyolali, Jateng

17 April 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Pilangbangu, Unggur, Mojogedang, Karanganyar, Jateng

19 April 2012 – Ki Sambowo Agus Herianto – Lakon Wahyu Purbaningrat – Lokasi di TMII, Jakarta Timur – Wayangan HUT TMII 37

19 April 2012 – Nyi Kenik Asmorowati – Lakon Sang Drupadi – Lokasi di pendapa rumah dinas Bupati Semarang, Jl. Asmara, Ungaran, Jateng – Wayangan Pelantikan DPD-DPC Ika UNNES

20 April 2012 – Ki Manteb Soedarsono – Lakon Banjaran Srikandi – Lokasi Lapangan Blok S, Jakarta Selatan

20 April 2012 – Ki Warseno Slank – Lokasi Kantor Pusat Bank DKI, Jl. H. Djuanda III No.7-9, Jakarta Pusat – Wayangan HUT Bank DKI 51, bintang tamu Marwoto, Yati pesek dkk

21 April 2012 – Ki Seno Nugroho – Lokasi di Kledokan, Caturtunggal, Yogyakarta

21 April 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Germoyo, Musuk, Boyolali, Jateng

25 April 2012 – Ki Anom Suroto + Ki Bayu Aji – Lokasi di Nganjuk, Jatim

26 April 2012 – Ki Sigid Ariyanto – Lokasi di PG.Rejosasi Gorang Gareng,Takeran, Magetan, Jatim

27 April 2012 – Ki Joko Purwanto – Lakon Sri Mulih – Lokasi di Sri Gading, Lampung Timur

27 April 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Angen, Jemowo, Musuk, Boyolali, Jateng

27 April 2012 – Pentas Wayang Betawi – Ki Sukar Pulung – Lakon Gatotkaca Kembar – Lokasi di Bentara Budaya Jakarta

28 April 2012 – Ki Anom Suroto + Ki Bayu Aji – Lokasi Balai Kota Magelang, Jateng

30 April 2012 – Ki Anom Suroto + Ki Bayu AJi – Lokasi di Balai Kota Madiun, Jatim

1 Mei 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Sambirejo, Nglanjaran, Musuk, Boyolali, Jateng

3 Mei 2012 – Ki Manteb Soedarsono – Lakon Banjaran Donopati/Bedah Lokapala – Lokasi di Halaman Radio RKM, Jl. Lembah III/100 Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan

4 Mei 2012 – Ki Manteb Soedarsono – Lakon Sesaji Rajasuya – Lokasi di Kampus VEDC, JL.TELUK MANDAR (Timur Terminal Arjosari ) MALANG, Jatim

5 Mei 2012 – Ki Riyun Sasongko dari Banjarnegara – Lakon Wiratha Parwa – Lokasi di Gedung Rumentang Siang, Bandung – Wayangan Ultah Sanggar Adi Budaya, Pimp. Bapak Adi Wijaya

5 Mei 2012 – Ki Mus Mujiono (dari Ponorogo) – Lakon Basukarno – Lokasi di Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Genteng Kali 85 Surabaya

6 Mei 2012 – Ki Catur Nugroho – Lokasi di Dungmiri, Mantingan, Ngawi, Jatim

12 Mei 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi dii Gombol, Ampel, Boyolali, Jateng

13 Mei 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Jembrangan, Guli, Nogosari, Boyolali, Jateng

15 Mei 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Ngesep, Wonokeling, Jatioso, Karanganyar, Jateng

18 Mei 2012 – Ki Anom Suroto & Ki Bayu Aji – Lokasi di Universitas Negeri Yogyakarta

19 Mei 2012 – Ki Manteb Soedarsono – Lakon Semar Mbangun Jiwo – Lokasi Museum Keprajuritan TMII, Jakarta Timur

24 Mei 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Kowang, Gargotirto, Sumberlawang, Sragen, Jateng

26 Mei 2012 – Ki Anom Suroto + Ki Bayu Aji – Lokasi di Tugu Api TMII, Jakarta Timur – Wayangan rutin UNINDRA

26 Mei 2012 – Ki Kukuh Bayu Aji – Lokasi Perumahan Dasana Indah, Karawaci, Tangerang

3 Juni 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Padas, Ngebung, Kalijambe, Sragen, Jateng

9 Juni 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Bakalan, Bendosari, Sukoharjo, Jateng

9 Juni 2012 – Ki Blego Ardianto (dari Gresik) – Lakon Sesaji Sekar Tenggek Ludiri Ireng Cemani – Lokasi Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Genteng Kali 85 Surabaya

10 Juni 2012 – Ki Wartoyo Lokasi di Klerong, Jatipuro, Karangnyar, Jateng

16 Juni 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Bungkus, Jatiroyo, Jatipuro, Karanganyar, Jateng

20 Juni 2012 – Ki Manteb Soedarsono – Lokasi Markas Kemenangan Hidayat & Didik, Jl. Warung Buncit, Jakarta Selatan

26 Juni 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Jatimulyo, Kedungjeruk, Mojogedang, Sragen, Jateng

5 Juli 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Markas Brigadir Infantri, Palur, Solo, Jateng

7 Juli – Ki Wartoyo, Tugu, Cawas, Klaten, Jateng

9 Juli 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Jatirejo, Jumapolo, Karanganyar, Jateng

12 Juli 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Pilambango, Munggur, Mojogedang, Sragen, Jateng

14 Juli 2012 – Ki Aditya Kresna (dari Madiun) – Lakon Wiratha Parwa – Lokasi di Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Genteng Kali 85 Surabaya

17 Juli 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Mento, Wonogiri, Jateng

1 September 2012 – Ki Sigit Setyawan, S.Sn (dari Pacitan) – Lakon Wisanggeni Krama – Lokasi di Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Genteng Kali 85 Surabaya

6 Oktober 2012 – Ki Dwi Arto Yuwono (dari Banyuwangi) – Lakon Bale Sigala Gala – Lokasi di Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Genteng Kali 85 Surabaya

3 Nopember 2012 – Ki Arin Witjaksono (dari Mojokerto) – Lakon Tumuruning Mustika Rukmi – Lokasi di Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Genteng Kali 85 Surabaya

14 Nop 2012 – Ki H. Joko Sunarno – Lakon Banjaran Sengkuni – Lokasi di garasi P.O. Haryanto, Jl. Jati Ngembal Kulon, Kudus, Jateng

22 Desember 2012 – Ki Wartoyo – Lokasi di Roro Jonggrang, Manyaran, Semarang Barat, Jateng (rumah dinas wali kota Semarang)

Wisata Lereng Merapi (Balerante – Kali Gendol – Kinahrejo)

22-01- 2012 dini hari saya bersama rekan-rekan mengunjungi kembali lereng merapi.  Perjalanan dimulai dari yogyakarta terus ke cangkringan ke arah balerante.
Balerante merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Klaten yang luluh lantah akibat diterjang wedhus gembel. Tidak seperti setahun lalu, sesaat setelah diterjang awan panas, desa yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Gunung Merapi itu menyerupai desa mati yang tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan, kawasan ini telah ditumbuhi pepohonan dan rerumputan yang menghijau. Selalu saja senyum ramah dan sapaan hangat menyambut kami dari penduduk desa yang hendak berangkat bertani. Kawah merapi yang terbentuk pada erupsi setahun yang lalu terlihat jelas karena belahannya tepat menghadap ke arah balerante. Sayangnya kami kurang beruntung untuk mendapatkan pemandangan matahari terbit karena cuaca pagi itu mendung
Setelah puas menikmati suasana pagi di Balerante, kami melanjutkan perjalanan ke hulu kali gendol untuk melihat aktivitas para penambang pasir Merapi. Pemandangan rumah2 penduduk yang hancur diterjang awan panas dan banjir lahar dingin masih bisa kita temui di sini.

 

Dari hulu kali gendol, kami kemudian meluncur ke cangkringan. Tempat wisata Kecamatan Cangkringan ini tidak dikelola oleh dinas pariwisata, melainkan oleh warga dusun Kinahrejo sendiri. Daerah-daerah yang dijadikan tempat wisata antara lain, bekas pedusunan, Kali adem, Petung, Kali tengah utara dan makam Mbah Maridjan di Glagaharjo. Tempat ini paling ramai dikunjungi pada saat hari libur. Dari wisatawan lokal sampai wisatawan asing sering berkunjung ke tempat wisata ini terutama bekas kediaman Mbah Maridjan dan makam Mbah Maridjan di Glagaharjo.

Pada tempat bekas kediaman Mbah Maridjan, pengunjung tidak diperbolehkan masuk, area tersebut dibatasi dengan kayu dan bambu seadanya dan pengunjung hanya bisa berfoto2 dari jauh. Sebagian besar pengunjung tertarik melihat puing-puing rumah dan mobil evakuasi yang hancur akibat terpaan awan panas.

Di sebelah kanan depan bekas kediaman Mbah Maridjan terdapat warung”Bu Mursani Asih” yang dikelola oleh menantu Mbah Maridjan dari anak ke 3, yang saat ini menjadi juru kunci merapi yang baru menggantikan Mbah Maridjan. Di kawasan yang dulunya terdapat Masjid Al- Amin dan warung serta rumah Mbah Maridjan, sekarang hanya tinggal anak tangga dari Masjid yang terdahulu dan Masjid baru yang telah dibangun kembali oleh warga sekitar dengan menggunakan bambu dan semen serta warung tersebut.

 

Di tempat wisata Kinahrejo terdapat foto-foto serta keterangan yang berisi kronologis bencana erupsi merapi tahun 2010 dari awal mulainya erupsi sampai dengan peristiwa meninggalnya Mbah Maridjan beserta relawan PMI dan reporter, serta kejadian setelah itu. Terdapat juga warung-warung makanan dan kios yang menjual cenderamata khas Merapi seperti bunga edelwais, kaos-kaos dan dompet batik serta DVD/VCD tentang erupsi merapi 2010 lalu.
Warga memberikan kemudahan dan fasilitas untuk pengunjung yang ingin mengunjungi daerah-daerah yang terkena erupsi merapi tahun 2010 lalu. Bagi pengunjung yang tidak kuat berjalan kaki untuk sampai di bekas kediaman Mbah Maridjan, yaitu kurang lebih 1Km dari tempat parkir, disediakan angkutan motor dengan biaya Rp 20.000 per motornya dan terdapat tour guide bagi pengunjung yang butuh penunjuk arah untuk ke tempat-tempat tersebut. Tentunya perihal tempat wisata ini warga memiliki peran besar dalam pengembangannya.


Selain angkutan motor biasa, warga juga menyewakan motor trail buat pengunjung yang menyukai tantangan dan ingin bergaya menjelajahi lahar dingin merapi. Lama waktu sewa adalah 30 menit dengan harga sewa motor trail Rp. 50.000,-, motor berdua, Rp. 40.000,-, sendiri Rp. 20.000,-, dan ojek Rp. 20.000,-. Hasil dari ojek dan persewaan kendaraan ini akan sangat membantu warga korban erupsi Merapi karena hampir semua korban tidak lagi memiliki pekerjaan seperti semua. Sebelum erupsi kawasan kaki Gunung Merapi dikenal sebagai penghasil susu perah yang produktif.

Pantai Taman – Ngadirojo "Lorok" Pacitan

Berawal dari kegiatan jagong ke acara pernikahan seorang karib Serufo di Lorok pacitan kami menyempatkan mampir ke pantai Taman.

Perjalanan  ke pacitan melewati jalan sudirman penuh warna. Gara2 ngobrolin panglima besar kanjeng majikan ndoro juragan jendral sudirman, ban mobil kami tiba2 sobek terkena sesuatu di tepi jalan. Terpaksa kami menepi di tengah wilayah antah berantah jauh dari pemukiman penduduk. Lebih seremnya lagi, 50 meter dari TKP kami melihat pekarangan rumah masa depan. Kami pun turun bermaksud mengganti ban mobil. Alangkah malangnya mendapati kenyataan bahwa mobil tersebut tidak dilengkapi dongkrak. hanya ada dua buah kunci ban keduanya sama sekali tidak bisa digunakan karena gak pas ukurannya.

Bagai anak2 ayam yang kehilangan induknya kami pun memutuskan untuk membuka lapak maicih saja.

Telalu panjang kalau harus diceritakan semua, pada akhirnya masalah ban teratasi, kami melanjutkan perjalanan ke lorok. Secara geografis daerah yang disebut Lorok adalah Kec. Ngadirojo yang termasuk daerah Administrasi Kabupaten Pacitan. Daerah ini merupakan dataran rendah. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan haru birunya Samudra Hindia. Kawasan pantai otomatis menjadi obyek wisata yang paling ramai dikunjungi apalagi pada saat Hari Raya terutama H+2.

Setelah acara jagong selesai, kami bergegas meluncur ke pantai Taman. Sayang sekali mendung menyelimuti langit pantai Taman sore itu.

Pantai ini sebenarnya lebih terkesan biasa saja dengan fasilitas ala kadarnya. Kami tidak dikenakan tiket masuk. Hanya pada saat moment-moment tertentu saja akan dikenakan tiket masuk. Pemandangan pantai yang lebih mempesona mungkin bila dilihat dari atas kawasan Puring yang dahulu mempunyai tanjakan menyeramkan yaitu TUMPAK CES. Sepanjang jalan baru disebelah barat pantai Taman juga saya rasa lebih indah dengan bukit menjulang yang dipotong untuk pembangunan jalan baru tersebut.

Selain panorama pantai, ragam vegetasi pantai sangat kental disini. Kadang pada suatu daerah terdapat banyak sekali pohon kelapa yang tumbuh bebas, tumbuhan karang dan pohon besar disekitar pantai serta beberapa batu karang yang membuat pantai lebih mempesona.

Berikut beberapa penampakan pantai Taman melalui kamera handphone waktu itu.

Gua Pindul

Goa Pindul terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.

pose bersama di depan base camp
(kunjungan #1 Minggu, 11-9-11bersama teman2 serufo)
pose bersama di depan base camp
(kunjungan #2 Minggu, 11-9-11bersama teman2 elko)

Selama perjalanan menuju goa pindul, kami disuguhi pemandangan pedesaan yang asri. Sayangnya, untuk menuju ke lokasi Goa Pindul mau tidak mau harus melewati jalanan aspal yang rusak. Sepertinya pemerintah setempat kurang serius untuk mengelola pariwisata di daerahnya sendiri, padahal daerah Gunungkidul masih banyak potensi pariwisata yang masih terpendam.Goa Pindul merupakan wisata cave tubbing yang baru dibuka pada awal tahun 2011. Ada beberapa paket wisata yang ditawarkan diantaranya cave tubbing goa pindul, rafting sungai oyo, dan caving goa gelatik.

galeri foto dipajang pada dinding base camp cukup bermanfaat
bagi pengunjung untuk memilih paket wisata.
Paket wisata cave tubbing goa pindul pada saat kunjungan kami yang pertama dikenakan tarif IDR 35rb per orang. fasilitas yang didapatkan yaitu Pemandu, angkutan (mobil pickup) untuk menuju pintu start goa, Peralatan masuk goa (jaket pelampung, sepatu, ban karet, lampu), Bakso/mie ayam dan teh rosella (buatan desa setempat, rasanya manis dan asem). Berbeda dengan kunjungan kami yang kedua pada 13-11-2011 tarif untuk wisata cave tubing ini hanya IDR 25rb per orang.

Sebelum perjalanan dilakukan, peserta dikumpulkan untuk diberi pengaraan dan doa bersama. Satu persatu peserta diturunkan ke air, duduk nyaman di atas ban karet dan bergandengan tangan agar jangan sampai ada yang tertinggal saat menyusuri kegelapan di dalam goa.

Selama menyusuri goa, salah seorang pemandu menjelaskan bagian-bagian dari Goa Pindul sementara yang lainnya membantu mendorong ban karet peserta yang kesulitan mengarahkan bannya.


Goa Pindul dengan panjang sekitar 300 meter ini dibagi 3 zona yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap abadi. Di dalam zona gelap abadi terdapat Stalagmit terbesar yang diameter dan panjangnya puluhan meter disebut sebagai saka guru. Satalagtit lainnya antara lain stalagtit yang berbentuk seperti lingga. Menurut pemandu untuk kaum pria yang bisa memegang dapat lebih perkasa sedangkan untuk putri ada Air Mutiara merupakan air yang berwarna seperti mutiara yang menetes dari dinding stalaktit mutiara yang diperkirakan berusia limapuluh tahun. Konon, untuk wanita diharapkan dapat cuci muka dengan tetesan airnya agar awet muda dan tambah cantik (maaf foto tidak kami tampilkan biar penasaran ^_^ ). Ada pula stalagtit yang bentuknya seperti candi yang terbalik, menurut pemandu stalagtit tersebut merupakan stalagtit purba. Peserta juga disuguhi keindahan batu kristal di dalam goa yang berkilau kilau saat terkena cahaya. Pemandu menjelaskan bahwa zaman dulu pernah digunakan untuk pertapaan. di tempat tersebut pernah ditemukan peninggalan berupa arca. Kemudian di sebuah lekukan goa juga pernah digunakan untuk bersemedi oleh orang yang beragama Buddha beberapa tahun yang lalu sebelum objek wisata ini dibuka.

Kegelapan semakin pekat namun berangsur-angsur terlihat cahaya diujung jalan ketika melewati sebuah belokan. Akhirnya kami memasuki zona terakhir yaitu zona terang yang berupa goa vertikal (luweng) di dekat pintu keluar goa. Bagi peserta yang bisa berenang dipersilakan loncat dari atas tebing goa namun tetap menggunakan jaket pelampung.

Seusai membersihkan diri dan menikmati bakso serta teh yang merupakan fasilitas paket wisata, kami melanjutkan kegiatan hunting untuk mendapatkan potret menarik di alam pedesaan sekitar lokasi wisata.

museum kars indonesia

t4 ini diresmikan presiden SBY pada 30 juni 2009. Musium dilengkapi dengan terminal bus, kios, area perkemahan (camping ground), kawasan penghijauan serta tempat ibadah.
musium kars dunia (tampak depan)
Sebelum memasuki museum, kita akan melihat sebuah goa. Goa ini didanamakan sebagai Goa Tembus, karena goa ini menembus sebuah bukit, dan disebelah ujung tembusannya, kita langsung dapat melihat museum ini berdiri dengan megahnya. Selain Goa Tembus, di sekitar museum Kars ini juga di kelilingi oleh goa-goa alam lain diantaranya adalah gua Merica, gua Sodong, gua Gilap, gua Bunder, gua Potro, dan gua Sonya ruri.
 goa tembus

 goa sodong

Di dalam musium kita dapat menambah wawasan dari miniatur, maket, contoh kars dari seluruh Indonesia serta media audio visual yang tersedia. Ada berbagai foto tentang isi dalam perut bumi dalam goa-goa, batu-batu stalagmit, dan berbagai macam bentuk satwa yang mendiami isi dalam goa-goa tersebut.

 replika manusia purba di dalam musium
panel dan replika goa pawon- jawa barat
 miniatur bukit karst dan replika goa karst


Jika ingin menikmati angin sepoy-sepoy pegunungan, di puncak bukit kapur di seberang museum terdapat juga sebuah pura. Karena letaknya yang cukup tinggi, untuk dapat sampai kesana kita harus sedikit berjuang dengan mendaki anak tangga. Sampai di puncak rasa sedikit lelah akan terobati.

anak tangga menuju pura

Ratuboko

kira-kira 2 sampai 3 km sebelah selatan candi prambaban. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan yang difungsikan sebagai camping ground.
Sudah beberapa kali saya berkunjung ke t4 ini, pertama kali waktu makrab serufo tahun 2004.
berikut foto terakhir kali saya ke t4 ini sebelum tulisan ini dibuat. Selama kurun waktu tersebut sepertinya tidak banyak yang berubah dari obyek wisata ini.
bagian barat
  • pemandangan gunung merapi dari camping ground, 26 april 2011
  • bagian tenggara
  • kolam, 1 mei 2011
  • bagian tengah
  • gapura utama, 1 mei 2011
  • 1 2 3 4